Merasa tidak pantas

0
06:52

Aku tidak setuju pada orang-orang yang meninggalkan orang terkasihnya dengan alasan ‘tidak pantas’. Seberapa pantas ukuran pantas? Seberapa penting takaran pantas bagi mereka yang ingin bersanding? Aku dulunya berfikir, orang-orang itu naïf. “Kamu terlalu baik buat aku…” Bah. Kalau kau pernah dengar itu di serial TV atau film layar lebar, setidaknya bersyukurlah tak harus mendengarnya langsung. Pernah saat sedang makan bersama teman, aku dengar dari balik punggungku, laki-laki mengatakan hal itu pada gadis di depannya. Rasanya tentu sakit, mana yang lebih sakit daripada sudah mengusahakan hal baik pada seseorang (walaupun aku yakin pasti mbak ini sebelumnya tak pernah menganggap apa yang ia lakukan adalah ‘sebuah hal baik’ karena ia hanya melakukannya begitu saja), tapi lalu orang itu bertindak seolah kebaikan adalah… kesalahan. Kau pasti rasanya ingin berbuat jahat saja lalu masuk penjara agar kau tak usah mengenal klausa aneh ‘kau-terlalu-baik-buat-aku’.

Tapi sekarang aku bisa paham bagaimana rasanya merasa tidak pantas. Wujud perasaannya bisa macam-macam. Saat seseorang sering mengirimkan pesan, misalnya, aku akan berfikir, “Oh mungkin karena memang ada butuhnya..” atau “dia hanya mengacak daftar kontak dan kebetulan menemukan namaku” atau pada waktu-waktu tertentu, “dia mungkin forward pesan ini ke banyak orang juga, kan?” Saat lalu seseorang mengajak bertemu, “Jangan salah sangka, dia hanya butuh telinga” Bahkan ketika pada suatu hari aku menyadari kilat matanya, masih saja sosoan geleng-geleng, “dia… kepadaku? Haha. Lelucon macam apa, gadis bodoh?”

Denial? Sort of... aku hanya merasa kamu terlalu tinggi untuk diraih. Aku merasa kamu adalah kemungkinan paling tidak mungkin yang aku punya. Aku merasa takut kamu hanya main-main, kamu hanya mendekat sebentar, tapi kemudian terlupa. Aku merasa takut kalau burukku kau anggap di luar keniscayaan, khawatir sekali nantinya lebihmu tak bisa maklumiku. Aku sangat takut dan merasa tidak pantas, hingga tak sadar aku menarik diri.

Ini bukan artinya aku hanya menyoal tentang perasaan diri sendiri, aku bukan tak peduli apa dan bagaimana yang kamu rasakan. Justru karena aku terlalu fikirkan, rasanya seperti berkali-kali ingin mengumpat, merutuki diri sendiri, berani-beraninya mengeja rasa pada orang sepertimu. Hampir setiap saat menaruh tanya, apakah yang aku lakukan di depanmu benar atau tidak, apakah tadi bajuku terlihat kusut, apa aku tertawa terlalu keras, apa aku kelihatan…. terlalu bahagia jika bersamamu?


Tidak enak menjadi terlalu hati-hati; merasa tidak pantas membuatku waspada, terlalu antisipatif sehingga yang sangat aku benci, tidak berani sekedar menunjukkan ‘aku’ kepadamu. Perasaan tidak pantas ini sebentar lagi mungkin akan membuatku berjanji untuk menyerah. Tapi peliknya, hatiku masih ada di tempat semula.

Continue reading →

Surat Balasan dari Nemo di tahun ke-24

1
18:22


Aku sudah baca surat-suratmu. Kecewa beberapa surat yang kau tulis justru kau sebarkan, ku kira kamu masih rapi menyimpan semuanya, ya surat, ya rasa. Sekarang, tahu? Aku mudah mengetahui kau sedang dimana, kau sedang mengerjakan apa, kau sedang... dekat dengan siapa. Haha kamu pikir aku kebas mengatakannya kan? Kau memang terlalu berlebihan, menganggap semuanya seliteral itu. Aku baik-baik saja. Kau kan hanya teman ingusan yang cemburuan. Dari dulu sampai sekarang.

Ingat saat aku sakit? Kau hadir di saat yang kurang tepat saat itu. Sekarang aku sudah jauh lebih sehat. Jadi berhentilah menyuratiku dengan menyapa, “Apa kabar? Semoga kau sehat..” Juga berhentilah menuliskan nasihat, “Makanmu ya, istirahat cukup. Kamu kayaknya harus lebih banyak minum vitamin..” Entah, kau hanya seperti iklan suplemen makanan. Jangan habiskan energimu untuk menuliskan hal-hal tak berguna semacam itu. Tanpa kau berikan nasihat, aku juga akan makan. Hei kau, ganti juga pertanyaan “kau tidak sedang sakit kan?” Alih-alih khawatir, aku curiga kau benar-benar berharap aku sakit. Oh ya, jangan lagi tandai aku dengan rengek batuk tak kunjung usai dan bibir pucat gemetar. Berhenti tandai aku dengan kelemahan dan memorimu masa kecil. Ingatanmu bukan ingatanku.

Kalau kau mau dewasa sedikit, kau tidak harus menantikanku, hal yang tak jauh beda dengan di gerbang sekolah dulu. Pikiran yang lebih matang mengajarimu teknologi bernama p-e-r-t-i-m-b-a-n-g-a-n.  Itu yang akan memberikan wawasan padamu kau harus pergi atau perlu tinggal. Sebelum menulis ini aku sempat berpikir barangkali akan sia-sia kau kunasihati demikian. Tapi aku yakin kau sekarang sedang membaca sambil duduk tenang kan, momen dimana ceramahku bisa kau serap. Kalau seseorang cuek saja, berteman denganmu hanya karena ada butuhnya, bahkan tanda tak sukanya padamu begitu kentara, itu artinya dia memang tidak suka. Pasrahlah kalau ceritamu bukan seperti film Korea, yang sikapnya benci tapi ternyata suka. Dan kalau kau masih begitu baik dengan mereka? Ah, harus kubilang apa ya. Beberapa manusia kadang mencintai dengan level sebesar itu..

Terakhir kali kau percayai hatimu, kau diingkari kan. Jangan mudah salah artikan, gadis bodoh. Bukan dia yang pemberi harapan palsu, tapi kamu yang tak hati-hati menjatuhkan hati. 

Continue reading →

Kaka juseyo, Eonni! (South Korea part 3)

0
00:31


Pas nonton drama korea, semangat pengen banget mau kesana mau kesini, tapi saat disana ternyata melewatkan banyak hal. Kerasa cepet banget. Time flies rapidly as you enjoy the show. Kata anak-anak, “Nek kurang tanduk mbak,” Aku lagi mikirin si gimana caranya ambil nasi lagi. Ngawur! Maksudnya gimana caranya biar bisa kesitu lagi.

Seoul Tower
Di itinerary awal yang kami diskusikan dengan agen, Namsan Tower nggak masuk list kunjungan. Ada beberapa anak tim tahun kemaren yang terlibat di Garuda tahun ini dan sudah pernah kesana, jadi pada nggak mau ngulang. Tapi karena yang mbak-mbak, (maaf, sepertinya bukan mbak-mbak tapi cuma satu mbak) penasaran banget sama salah satu scene di drama yang ambil syuting disini, mbak tersebut melobi mas Ian, sang guide. Iya, mbak yang ngebet itu adalah saya -_-

The iconic N Seoul Tower
Garuda edisi bewok di N Seoul Tower

N Seoul Tower tempatnya di pegunungan, jalan kesana kayak jalan ke Gunung Kidul, banyak pohon banyak belokan banyak lagi tanjakan. Sampai disana juga masih musti jalan nanjak sebentar, sebelum akhirnya naik lagi ke menara. Dari menara ini bisa banget keliatan kota Seoul yang padat. Coba kalau malem, mungkin bakal mirip Bukit Bintang. (Nah bener kan, dalam beberapa hal Namsan mirip sama Gunung Kidul). Di ruangan selingker itu, ada teropong yang bisa dipake buat lihat lebih deket objek-objek di kota Seoul, tapi karena berbayar, sebagiannya lebih memilih pose ala ala. Ala-ala main teropong. Kenyatannya mah cuma nyipitin mata sama pegang pengatur lensa, yang sebenernya juga salah enggak kayak gitu. Karena tempatnya kece, pengelola sebenernya sudah memfasilitasi wisatawan buat bikin prasasti-udah-pernah-berkunjung di space khusus. Di situ juga ada testimoni sama salam-salam gitu. Nah tapi, mungkin lelagi, kerna harus berbayar dan nggak mau ribet, jadilah atap dan tembok yang kena. Say no to vandalism. Say yes to sandalism. Mencorat-coret sandal.

Padahal ini atap sama dinding sebelah atas. Kebayang kan usahanya :"

Pas keluar, pemandangan lebih awesome. Ruang terbuka, bisa lihat langit bisa lihat rumah-rumah. Disini banyak orang yang membuang gembok rumah. Membuang yang cantik, membuang dengan tanda kutip. Tempat ini terkenal banget, palagi yang hobi korea korea. Padlock of love, dimana orang-orang memasang dua gembok di area Namsan Tower untuk melambangkan komitmen mencintai, kebanyakan memang pasangan kekasih. Gemboknya rame tulisan Hanggeul. Setauku anak tim nggak ada yang main gembok-gembokan di sini, cuma ada beberapa yang numpang nulis di gemboknya orang lain. Lelagi, kerna gembok juga harus beli. Aku sendiri percaya bahwa gembok dan kunci ini cuma seru-seruan. Jodoh manusia sudah digembok sama Allah. Dikunci. Ditetapkan. :)

"Jodohku.. bisa keliatan dari sini nggak ya"


Everland Theme Park
Langsung masuk tips. Eh enggak, peringatan. Diperingatkan kalau yang mau ke Everland tapi cuma punya waktu terbatas, mending alokasikan buat yang lain. Kira-kira butuh sehari buat puas main di sana. Kami cuma punya waktu setengah hari buat explore Everland Theme Park ini, sebentar banget. Everland adalah taman bermain yang kalo di Indonesia ya karibnya Ancol sama sepupunya TMII, versi 20 tahun lagi insyaaAllah. Ada banyak wahana yang seru di sini, yang imut-imut juga ada, yang instagramable juga ada, dan karena beli tiketnya yang bisa akses ke semua ride and attractions, sayang kan kalau nggak dioptimalkan. Hukum aji mumpung. 

Welcome to Everland!
Tiket masuk Everland Theme Park
Kalo mau naik gondola ini, ngantrinya kayak ngantri ke bank pas bayaran SPP
 
Rata-rata pada ke T-Express, roaller coaster ekstrim yang terbuat dari kayu. Landmarknya Everland, udah keliatah pas baru masuk gate. Pas kami dateng, kebetulan si Dino kayu ini belum bangun, ditungguin sama merekanya and mereka bilang: It is.... worth it! Aku telanjur ngga berani gegara lihat T-Express di yutup. Cuma naik roler koster yang adeknya itu aja udah cengep-cengep. Yep, roler koster dedeknya T-Express ini adalah satu-satunya wahana yang berhasil aku naiki. The one and only. Itu kenapa harus seharian disini biar selo nunggu antri dan bisa move dari satu area ke yang lain.

Right before the ride
Sst, abis ini ada yang mabok. Hihi...

Tapi nggak nyesel-nyesel banget kok. Habis rolerkoster terbitlah taman bunga. Sekelompok orang non-wahana ini akhirnya terdampar di area European Adventure. Awalnya males, pasti nggak menantang, tapi ternyata seger bangeeet. Taman ala Eropa yang warna warni sama kebon mawar luas bet bet bet itu adalah lahan subur untuk berfoto! Breathtakingly wonderful. Mau share foto-fotonya aja dah...


Mau bikin <3 tapi gagal
 
Candid secandid-candidnya
That 'bar-mlebu-toko-tapi-ora-tuku' face...

Gyeongbuk Palace
Bagi yang sudah pernah ke Korea, pasti hafal kalau Gyeongbuk Palace lokasinya deketan sama Folklore Museum sama Blue House, istana negaranya Korea. Tapi pas kemarin, rombongan kami hanya pass by Blue House, beneran cuma kelihatan atep birunya aja. Tempat wisata yang jadi landmarknya Korea ini tutup di hari Selasa, dan jadwal kami kesana sebenarnya adalah Selasa, jadi akhirnya dipadet-padetin deh sampe akhirnya jadi kesana hari Senin. Oh iya, satu lagi, yang kepingin lihat upacara pergantian pengawal di Gyeongbuk ala onara-onara-aju-ona, kalau bisa sampai di area ini sekitar jam 1 siang, karena jam 3 sore adalah prosesi pergantian pengawalnya, sedangkan wisatawan (terutama yang via agen) biasanya lewat Folklore National Museum dulu terus baru ke bangunan istananya. Kemarin pas disana pas udah selesai...


Depan Folklore National Museum

Folklore National Museum sendiri sebenernya sayang kalo di pass by aja. Museumnya bagus, ada model rumah-rumah Korea jaman dahulu yang kita boleh masuk, ada diorama yang isinya replika orang dan kebudayaan Korea yang lucu-lucu. Habis dari museum, kami lewat taman-taman gitu dengan kolam teratai, jembatan, sama ada menara di tengah kolam. Khas Asia Timur. Pas sampai di depan Gyeongbuk-nya, pas hujan. Jadi nggak banyak yang dieksplor, habis itu terus ngiyup. Bahkan baru nyadar pas udah di bis kalau kita nggak ke dalam bangunan istananya, ya walaupun nggak boleh masuk banget tapi minimal bisa liat liat kan. Akhirnya cuma dapet cerita dari Mas Ian aja.. Semoga ada kali lain...

 

Cheonggyecheon stream
Ini adalah sejenis sungai buatan di Kota Seoul. Letaknya persis banget di depan Donghwa duty free shop. Yang ini awalnya juga nggak ada di itinerary tapi kerna abis ngulik ngulik web traveller dan sepertinya tempetnya kece, iseng iseng recommend. Alhamdulillah deketan, jadi bisa sekalian. Tinggal nyabrang terus udah sampek.

Sungainya bersih dan rapi. Walaupun cuma sungai, tapi artistik kok kalau buat foto. Mungkin kalau buat orang Indonesia, spot ini udah jadi langganan foto prewed kali ya. Di tengah sungai-sungaian yang tidak seberapa besar itu, ada permainan lempar koin. Klise hadiahnya: kalau kita ngelempar koin dan masuk, impian yang kita fikirkan akan tercapai. Sempet nyobain karena seru mainnya. Kita ngelempar koin tapi kalo nggak masuk koinnya masih bisa kita ambil lagi. Sungainya cethek. Seru kan, ngga bakal rugi koin hahah. Berhasil? Enggak. Entah yang lain. Yang lain yang melempar koin dengan sebungkus impian yang disemogakan *halah opoo*

Sungai (bersih) di tengah kota!
 


Di deket situ, ada taman kecil yang dihiasi banyak bunga. Tunggu. Sepertinya bukan bunga, tapi karangan bunga. Tragedi kapal Sewol. Bunga-bunga itu ternyata floral tribute untuk korban kapal Sewol yang tenggelam, para pelajar yang tengah berwisata. Kami datang ke Korea tidak jauh beberapa hari dari terjadinya tragedi ini. Sebelumnya hanya dapat beritanya, salah satunya berita tentang kepala sekolah yang bunuh diri, ternyata duka yang mereka rasakan sangat mendalam. Di lain tempat, tak jauh dari sungai Cheonggyecheon, ada kumpulan pita kuning yang dikaitkan di sepanjang jalan. Isinya berupa harapan-harapan bagi korban tragedi kapal Sewol. Kata mas Ian, di salah satu pita tertulis perasaan tidak percaya seorang ibu yang anaknya ikut menjadi korban, yang dia percaya anaknya hanya berangkat sekolah dan akan kembali :’(



Some shopping spots
Sebagian besar rutinitas belanja kemarin dilakukan di sekitar Seoul, di Namdaemun market, souvenir store deket Incheon, ada juga yang sampe ke Itaewon di sparetime malem-malem, sama pasar apa satunya lagi, udah lupa. Oh iya, sangat sayang jika sampai melewatkan berkunjung ke pasar tradisional di negeri manapun. Selalu seru!

Aku yang berbinar-binar lihat barang tapi lalu menyipit pas konversi harga, jadinya nggak beli banyak. Guess what, yang justru mborong malah para engineer. Cowok-cowok ini semangat milih barang buat oleh-oleh bapak ibu adek kakak, buat pacar, buat teman kelas, buat teman kelasnya pacar, beuuuh sampe di toko kosmetik pun (toko kosmetik selalu jadi destinasi wajib yang ngga boleh dilewatkan oleh kebanyakan tour agent di Kore Selatan) mereka masih mborong. Belakangan, pas di bandara, ada lotion, masker, sama gel lipstik yang disita gegara salah satu dari mereka masukin barang-barang ini di handcarry. Yaah, padahal udah dibelain muter lama di toko kosmetik, jarang kan cowok... *yang cewek juga ada yang jarang banget kok ya, stall kosmetik mah lewat aja, giliran stall nyam nyam sama chitato ditowafin sampe berkali-kali... Btw di toko kosmetik nggak boleh foto apapun, jadi nggak ada bukti otentik apapun ehehe

Di Namdaemun banyak streetsnacks, ada yang nyobain kentang ditusuk-tusuk itu─sebelum gayeng di Sunmor, ada yang nyobain lemon ice yang kata si Hasbi seger banget. Aku lebih memilih mencoba kue beras alias Teopokki yang udah pernah makan di lunch beberapa hari sebelumnya tapi karena itu makanan resto, menurutku bakal beda. Dan iya! Beda lho, enak yang di Namdaemun, (lidah jajanan PKL mau gimana lagi...) lebih kenyel sama saosnya juga lebih enak. 

Teopokki a.k.a kue beras
Brian dengan bulgoginya, Nahrul dengan kimchinya :9
Just like another good day with another good food

Kalo buat tawar menawar, kami jelas mengandalkan Mas Ian. Aku pernah mencoba berbicara dengan bahasa Inggris saat akan membeli souvenir, tapi bahasa tubuh sepertinya lebih komunikatif. Indonesian with less Hanggeul speaks to Korean with less English. Haha. We share Tarzanese, then. Pernah di satu tempat makan yang ada shouvenir shopnya, aku minta diskon pada penjual.

Aku                 : Mas Ian. Bisa nggak sih kalau di sini minta diskon?
Mas Ian           : Bisa aja, sana bilang
Aku                 : Gimana bilangnya?
Mas Ian           : Begini, kaka juseyo...
Aku                 : Oke, makasih Mas. Doain aku sukses.
Aku                 : (menyodorkan keranjang belanjaan ke ibu kasir) Kaka juseyo, Eonniii...
Ibu kasir          : (tertawa tergelak)
Teman2           : (tertawa tergelak)
Aku                 : (bingung) Duh ini mas Ian ngajarin apa ya barusan, jangan2 ngomong yang ngga  
     bener. Mana keras lagi tadi suara
Ibu kasir          : asdfghjklqwertyuiopzxcvbnmkqhuefygrlfwlbmvhyeawlzxc
Mas Ian           : Dia bilang gratis ambil satu set lagi yang gelas-gelasan
Aku                 : Oh.... Pheew..

Yak, dipilih dipilih dipilih

Karena berhasil, yang lain jadi kepengen. Jadilah saya makelar kaka juseyo. Tips dari mas Ian, kalo masih punya waktu berkunjung ke beberapa tempat yang berbeda, belanja oleh-olehnya mending sedikit sedikit. Harga suka nggak tentu, mata apalagi. Hari ini kesengsem banget beli ini itu, besoknya nemu yang lebih kinclong, nemu yang lebih murah juga mungkin. Pas di Everland, laper mata banget liat stationery lucu-lucu dan memutuskan untuk beli pembatas buku sama permen, ternyata di tempat lain lebih affordable harganya.


Continue reading →