Well, every late post is here. Haha!

0
05:01

Menyembuhkan kerinduan bercerita tentang perjalanan, tentang rasa yang dialami saat perjalanan, bahkan tentang hal-hal yang tidak penting ketika berperjalanan, akhirnya coretan coretan  jaman baheula ini berhasil saya jadikan benang-benang pensieve. Berharap nggak menuh-menuhin kepala. Beberapanya sudah dari dulu ditulis, awalnya sudah merasa cukup hanya dengan dibaca sendiri. Beberapanya lagi memang baru kemaren, gek entes. Gegara mendapat nasihat bahwa “kalau ketika kau tidak menulis, saat kau mati nanti, tak ada yang mengenangmu” maka menulis untuk publik, saya lakukan lagi. Tapi btw saya punya versi lebih enteng biar tetep terus nulis walaupun yaa... ngga pernah bisa menulis yang proper─lebih banyak meracau. Terus nulis biar nggak ilang di larutan air kehidupan dan gula rutinitasnya. Hidup anak (yang pernah) IPA! Nah kan ngaco.


Baiklah, selamat masuk panci, benang-benang pensieve!

0 comments:

Gemar Berbohong

0
04:23

Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri. Merumuskan versi yang menurutnya paling baik untuk dipercaya. Versi ini juga yang seringkali dikatakan pada orang lain, versi-paling-enak-didengar. Antara melindungi perasaannya atau membuatnya justru sangat terluka. Membiarkannya begitu saja sampai entah kapan ketika mengingatnya, ia sudah tak menangis lagi.

Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasannya sendiri. Sudah berani memanggil duluan, alih-alih menghindar. Sudah berani tanyakan kabar, alih-alih tanyakan “kau-ingat-tidak”. Sudah berani membahas hal lain seperti sungguh tidak ada hal yang terjadi sebelumnya, alih-alih diam dan membiarkannya melakukan monolog. Sudah berani tersenyum melihatnya menggandeng tangan yang lain, alih-alih menangis dengan hati kebas.

Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri. Bukan dalam rangka tak punya hati. Tidak tahukah betapa susahnya hanya untuk tidak mengingatnya. Aku pulang dua minggu sekali dan meninggalkan rapat serta kuliah 4 hari hanya untuk alasan yang tidak jelas, aku tidak boleh mengijinkanku libur pada sabtu minggu atau memilih pergi ke rumah saudara saja agar ada yang menegurku setiap saat sehingga aku tak melamun. Aku lalu ke lain kota lain propinsi hanya untuk mengucapkan selamat pada pernikahan mbak kos yang juga sudah seminggu berlalu. Aku ke rumah lagi dan hanya menunjukkan bahwa aku masih ada, lalu kembali pulang setelahnya pada hari H pernikahanmu. Berharap itu menyembuhkan? Aku masih punya hati, meski aku tak tahu apa rupa nya sekarang.

Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri. Karena toh, apa? Memangnya ketika sudah jujur dengan perasaan, semuanya bisa dilegakan? Semuanya bisa diikhlaskan? Untuk urusan yang satu ini, meski tidak ada pengakuan saling memiliki, tepat ketika salah satunya pergi, maka yang lain merasa kehilangan. Padahal kata ‘kehilangan’ seharusnya hanya dapat bekerja pada mereka yang sudah merasa saling. Maka sudah biarlah sekarang perasaan dibohongi, semoga ia sadar bahwa berhati-hati lebih baik. Balasan yang setimpal atas merasa sudah “saling”..


Akan selalu ada saat seseorang berdamai dengan perasaannya, tapi bukan sekarang. Tepat ketika aku sudah merasa lupa, aku lalu ingat bahwa kemarin adalah hari ulang taun pernikahanmu.

0 comments: