“Kau selalu tampak sibuk kesana kemari”
“Aku tak sibuk, hanya
orang lain saja yang barangkali lebih setia berada di tempat yang sama”
“Ya kan kau selalu
terburu-buru, sebentar disana, sebentar di sini”
“Karena aku sedang
mencari. Jangan tanya aku mencari apa”
“Kau tahu kalau itu
adalah pertanyaan yang runtut selanjutnya”
“Entah, kau selalu dapat
diantisipasi”
“Jawab saja”
“Kau akan tertawa”
“Aku sudah banyak tertawa
seumur hidupku”
“Kau akan menganggapku
sakit pikir”
“Sudah lama, hanya aku
tidak terlalu mempedulikannya”
“Haha. Iya, aku lupa
kalau aku tidak pernah dipedulikan”
“Ah aku bosan selalu
berusaha berdamai denganmu bahkan untuk hal yang sepele”
“Tak paksa kau harus
berdamai. Kau lelah, tidur saja. Pulang.”
“Kau yang harus pulang.
Mau kuantar?”
“Atas keberanian macam
apa aku berdebat dengan lelaki gombal macam kau”
“Oke, kau kuantar
sekarang”
“Aku sedang mencari
pertanda. Berkeliling mencari arah..”
“Terdengar seperti
alkemisnya Paulo Coelho”
“Aku berkali-kali jatuh
cinta pada barat, yang sampai sekarang aku tak tahu berbalas atau tidak”
“Kau bisa
menanyakannya..”
“Aku diam-diam menunggu
isyarat timur, hampir-hampir tidak terlihat bahwa aku berharap”
“Ini...”
“Kamu tahu, lama-lama aku
maju mundur. Menaruh ragu pada selatan”
“Ini...”
“Semakin kebas saat
kutuju utara, dia dusta sempurna, tak lagi kupercaya”
“Boleh kusela?”
“Meski aku dijanjikan hal
baik oleh setiap mata angin, aku rasa pencarianku justru kini tak berarah.”
“Kusela sekarang..”
“Sekarang ini kau akan
berpikir aku barusan merapal mantra”
“Terserah setelah ini kau
akan seacuh apa, tapi aku sampaikan saja. Aku rasa kita sedang.. mencari hal
yang sama”
4 comments: