Surat Balasan dari Nemo di tahun ke-24
1
Aku sudah baca surat-suratmu. Kecewa beberapa
surat yang kau tulis justru kau sebarkan, ku kira kamu masih rapi menyimpan
semuanya, ya surat, ya rasa. Sekarang, tahu? Aku mudah mengetahui kau sedang
dimana, kau sedang mengerjakan apa, kau sedang... dekat dengan siapa. Haha kamu
pikir aku kebas mengatakannya kan? Kau memang terlalu berlebihan, menganggap
semuanya seliteral itu. Aku baik-baik saja. Kau kan hanya teman ingusan yang
cemburuan. Dari dulu sampai sekarang.
Ingat saat aku sakit? Kau hadir di saat yang
kurang tepat saat itu. Sekarang aku sudah jauh lebih sehat. Jadi berhentilah
menyuratiku dengan menyapa, “Apa kabar? Semoga kau sehat..” Juga berhentilah
menuliskan nasihat, “Makanmu ya, istirahat cukup. Kamu kayaknya harus lebih
banyak minum vitamin..” Entah, kau hanya seperti iklan suplemen makanan. Jangan
habiskan energimu untuk menuliskan hal-hal tak berguna semacam itu. Tanpa kau
berikan nasihat, aku juga akan makan. Hei kau, ganti juga pertanyaan “kau tidak
sedang sakit kan?” Alih-alih khawatir, aku curiga kau benar-benar berharap aku
sakit. Oh ya, jangan lagi tandai aku dengan rengek batuk tak kunjung usai dan
bibir pucat gemetar. Berhenti tandai aku dengan kelemahan dan memorimu masa
kecil. Ingatanmu bukan ingatanku.
Kalau kau mau dewasa sedikit, kau tidak harus
menantikanku, hal yang tak jauh beda dengan di gerbang sekolah dulu. Pikiran
yang lebih matang mengajarimu teknologi bernama p-e-r-t-i-m-b-a-n-g-a-n. Itu yang akan memberikan wawasan padamu kau
harus pergi atau perlu tinggal. Sebelum menulis ini aku sempat berpikir barangkali
akan sia-sia kau kunasihati demikian. Tapi aku yakin kau sekarang sedang
membaca sambil duduk tenang kan, momen dimana ceramahku bisa kau serap. Kalau
seseorang cuek saja, berteman denganmu hanya karena ada butuhnya, bahkan tanda tak sukanya padamu begitu kentara, itu
artinya dia memang tidak suka. Pasrahlah kalau ceritamu bukan seperti film
Korea, yang sikapnya benci tapi ternyata suka. Dan kalau kau masih begitu baik
dengan mereka? Ah, harus kubilang apa ya. Beberapa manusia kadang mencintai
dengan level sebesar itu..
Terakhir kali kau percayai hatimu, kau
diingkari kan. Jangan mudah salah artikan, gadis bodoh. Bukan dia yang pemberi
harapan palsu, tapi kamu yang tak hati-hati menjatuhkan hati.
Curhatannya bikin baper. Wkwk
ReplyDelete