Mengembalikan Bukumu..
0
Barangkali aku harus segera mengembalikan
bukumu. Sebelum kau menagihnya lagi. Aku sudah meminjamnya sekitar satu
semester yang lalu, jelas harus sudah kukembalikan. Kemarin kau hanya
menanyakan buku itu apakah ada bersamaku atau tidak. Itu seperti berbunyi ‘oh
kamu yang meminjamnya’. Kau berujar ‘dikembalikan kalau sudah selesai baca
saja’ tapi bagiku itu terdengar seperti ‘aku tak yakin kau akan sanggup
membacanya sampai habis’. Jadi, target hidupku paling dekat ini adalah membaca
buku pinjamanmu. Buku itu, aku bahkan belum sempat mengetahui isinya. Kamu, aku
bahkan belum sempat mengetahui hatimu.
Barangkali aku harus segera mengembalikan
bukumu. Meskipun benar-benar menambah ilmu, buku ini berat sekali. Aku harus
membacanya 3-4 kali baru aku paham, atau bahkan membuka lembar-lembar
sebelumnya demi sampai pada pemahaman yang benar di belasan halaman
selanjutnya. Rentetan-rentetan konsep dengan sedikit penjelasan. Ada beberapa
tabel yang sebenarnya berfungsi untuk memfasilitasi agar pembaca mengerti, tapi
menurutku malah mendistract, semakin pelik saja isi buku ini. Maka jangan tanya
gambar, foto-foto untuk mengilustrasikan pun hanya 2 cm x 2 cm dan abu-abu.
Kamu memang sudah mengingatkanku sebelumnya kalau buku ini agak serius, hmm itu
justru semakin membuatku penasaran ingin membacanya, dengan serius.
Barangkali aku harus segera mengembalikan
bukumu. Karena mungkin ada yang akan segera meminjam buku ini. Melihat-lihat
isi perpustakaan kecilmu, memperbincangkan beberapa judul buku, dan
mendiskusikan isinya. Membuka lembar demi lembar hanya untuk kemudian memilih
satu buku untuk dipinjam. Begitu setiap kalinya berhadapan dengan rak-rak buku.
Akan ada peminjam lain yang kalau aku boleh terka, untuk dia koleksi buku-buku
ini kau tata rapi. Kau sudah menantikannya meminjam satu dua bukumu. Bagaimana
aku tidak sampai tahu? Setiap bertemu dengannya di gerbang perpustakaan,
setelah itu pula aku dapati kamu bersenandung dan terkekeh di sela-sela rak.
Awalnya aku kira kamu bahagia ada peminjam koleksi buku yang datang, atau
dengan terlalu percaya diri, bahagia aku datang. Tapi salah. Aku baru sadar
setelah tahu polanya.
Barangkali aku harus segera mengembalikan
bukumu. Takut kalau rak ku bocor dan buku yang tidak kau sampuli ini akan
basah. Takut kalau ketika kubawa kemana-mana akan hilang, atau tertinggal di
beberapa tempat aku bersila dan membaca buku. Walaupun selama ini aku jaga
benar. Kau boleh saja tidak tahu, tapi pinjaman adalah pinjaman, bagiku ia
adalah amanah, terhadapnya aku tidak boleh ceroboh. Yaah perlu kusampaikan
bahwa aku tidak terlalu pandai menjaga barang, hilang dan rusak adalah akhir
dari takdir barang-barangku. Aku jelas tidak seharusnya melakukannya pada buku milikmu kan? Walaupun sekarang ini
sungguh aku sangat ingin melakukannya.
Barangkali aku memang harus segera
mengembalikan bukumu. Terlalu lama membuat buku ini ada di tanganku percuma
saja. Iya, aku tidak sedang memperbincangkan isi buku, semua jenis buku toh
bermanfaat, jelas ada gunanya barang siapa membacanya. Aku sedang mengatakan bahwa
buku ini kepemilikanmu. Itu yang akan
sangat sia-sia jika masih berada di tanganku hingga sekarang. Tenaga yang aku
siapkan untuk berargumen seperti biasanya saat mendiskusikan isi buku,
sepertinya harus dialihkan untuk hal lain. Bagian tersulitnya bukan pada aku
tak bisa memperkaya ilmu, tapi pada bagaimana kau percaya bahwa aku bilang
baik-baik saja untuk tidak bercengkerama lagi denganmu. Ah, tak yakin apakah
aku hanya akan mengembalikan ini dan dengan mudah meminjam buku lainnya, atau
sekarang adalah kali pungkasan aku meminjam buku, darimu.
0 comments: