Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri.
Merumuskan versi yang menurutnya paling baik untuk dipercaya. Versi ini juga
yang seringkali dikatakan pada orang lain, versi-paling-enak-didengar. Antara
melindungi perasaannya atau membuatnya justru sangat terluka. Membiarkannya
begitu saja sampai entah kapan ketika mengingatnya, ia sudah tak menangis lagi.
Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasannya sendiri. Sudah
berani memanggil duluan, alih-alih menghindar. Sudah berani tanyakan kabar,
alih-alih tanyakan “kau-ingat-tidak”. Sudah berani membahas hal lain seperti
sungguh tidak ada hal yang terjadi sebelumnya, alih-alih diam dan membiarkannya
melakukan monolog. Sudah berani tersenyum melihatnya menggandeng tangan yang
lain, alih-alih menangis dengan hati kebas.
Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri. Bukan
dalam rangka tak punya hati. Tidak tahukah betapa susahnya hanya untuk tidak mengingatnya.
Aku pulang dua minggu sekali dan meninggalkan rapat serta kuliah 4 hari hanya
untuk alasan yang tidak jelas, aku tidak boleh mengijinkanku libur pada sabtu
minggu atau memilih pergi ke rumah saudara saja agar ada yang menegurku setiap
saat sehingga aku tak melamun. Aku lalu ke lain kota lain propinsi hanya untuk
mengucapkan selamat pada pernikahan mbak kos yang juga sudah seminggu berlalu.
Aku ke rumah lagi dan hanya menunjukkan bahwa aku masih ada, lalu kembali
pulang setelahnya pada hari H pernikahanmu. Berharap itu menyembuhkan? Aku
masih punya hati, meski aku tak tahu apa rupa nya sekarang.
Akhir-akhir ini orang gemar berbohong terhadap perasaannya sendiri. Karena
toh, apa? Memangnya ketika sudah jujur dengan perasaan, semuanya bisa dilegakan?
Semuanya bisa diikhlaskan? Untuk urusan yang satu ini, meski tidak ada
pengakuan saling memiliki, tepat ketika salah satunya pergi, maka yang lain
merasa kehilangan. Padahal kata ‘kehilangan’ seharusnya hanya dapat bekerja
pada mereka yang sudah merasa saling. Maka sudah biarlah sekarang perasaan
dibohongi, semoga ia sadar bahwa berhati-hati lebih baik. Balasan yang setimpal
atas merasa sudah “saling”..
Akan selalu ada saat seseorang berdamai dengan perasaannya, tapi bukan
sekarang. Tepat ketika aku sudah merasa lupa, aku lalu ingat bahwa kemarin
adalah hari ulang taun pernikahanmu.
0 comments: