Tak mau sesiapa membawanya pergi, tanpa hati
0
Aku menemukannya
di balik gedung pusat. Gedung itu saja sudah gelap, kau bisa bayangkan seperti
apa dibaliknya. Untung dia kelihatan, cahaya dari monitor leptopnya membantu
banyak.
“Kau curang,”
ucapku cadas.
Dia melihat ke
arahku, lalu menatap layar monitor lagi. Seperti menggugurkan kewajiban
menghormati orang yang datang.
“Kau tidak datang”
masih belum lunak cadasku.
Dia masih menatap
layar leptop. Aku masih berdiri, 2 meter di depannya. Aku punya plastik kresek,
bisa kulemparkan ke mukanya sekarang.
“Kamu bisa duduk?”
katanya, sambil membenarkan posisi duduknya. Masih menatap leptop, sepertinya
ini saat yang tepat melempar kresek.
0 comments: