seperti ini ketika pikiran dibiarkan menjelajah jauuh ke sitoplasma kehidupan . . .

1
23:37

Allah, berdetak itu biasa. Tapi ketika sudah tak berdetak, apa yang bisa aku karyakan?

Allah, menghirup oksigen itu sangat manusia, terlalu normal. Tapi sungguh ketika nafas tak lagi berhembus, apa yang bisa aku hasilkan?

Allah, warna adalah sekelilingku. Tapi, ketika tak tampak lagi spektrum warna bagiku, apa yang bisa aku amati?

Allah, suara memang tak pernah berhenti berbunyi, tapi ketika bunyi-bunyian itu lenyap dariku, apa yang bisa aku dengar?

Allah, kata adalah susunan huruf dan ekspresi semata. Tapi, ketika tak ada lagi yang bisa terucap, apa yang dapat ku beritakan?

Allah, sendi dan tulang memang membuatku bergerak. Terlalu teori. Tapi, ketika alat gerakku rusak, lantas apa yang bisa aku perbuat?

Allah, berpikir itu sangat spesiesku sekali. Penuh ilmu dan pertimbangan. Tapi, aku sungguh tak bisa bayangkan bagaimana kalau aku tak punya akal?

Allah, merasakan itu hal paling mudah. Tapi, ketika hati jiwa mati, dengan apa aku bisa peka?

Allah, darah memang kodratnya mengalir, kan? Aku benar-benar tak pernah berpikir apa yang terjadi jika tiba-tiba aliran itu terhenti. Apa yang bisa aku cita-citakan?



(Hasil menyendiri dengan sukses di tengah ketidaknyamanan pikiran, kekeringan ruh, dan …... Ah, seandainya yang satu ini bisa kubagi…)

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

1 comment: