Masih.

0
02:45

Sampai sekarang aku masih sering merasakan gempa kecil.
Ya, gempa kecil. Kau menamakannya demikian. Pada setiap nyeri ini, aku bahkan begitu jelas mengingat katamu tentang sakit kepala. Pada setiap kesakitan ini, aku masih dengan bodoh melihat layar HP: munculkah sebuah nama  disana? Pada setiap usaha menghentikan gempa ini, bukan obat yang kucari, tapi kenangan. Sekarang gempa kecil ini terjadi lagi, kali ini, mm... rinduku, sampaikah ia?

Sampai sekarang aku masih sering lupa atau bahkan salah jalan.
Tapi bagaimana bisa untuk perkara satu itu, kamu, aku bahkan selalu ingat. Hal-hal yang tidak penting seperti kamu pernah mengatakan apa pada situasi bagaimana, kamu tidak suka makan apa, kamu akan melakukan apa pada saat seperti apa. Gang mana yang pernah dilalui beriringan, buku apa yang telah dibahas bergantian, kesempatan apa yang telah diambil bersama-sama. Kemarin ini aku benar-benar berfikir, berusaha melupakan sesuatu ternyata jauh lebih sukar daripada berusaha mengingat sesuatu..

Sampai sekarang aku masih sering memutar lagu itu, yang aku baiat sebagai theme song.
Haha, ngilu. Ini sama sekali bukan lagu sedih, yang membuat pendengarnya termehek-mehek. Tapi hingga lepas dini hari, saat aku tahu kamu—atas kehendakmu, benar-benar pergi, aku sudah tidak sadar betapa tergugunya ketika dengan sengaja kuputar lagu itu. Kini, mungkin batin yang beku membantu semua ini pulih, aku sudah baik-baik saja ketika mendengarnya. Masihkah lagu itu terdengar sama, bagimu? Oh, sebentar. Masihkah kau menandai lagu itu sebagai ... aku?

Sampai sekarang aku masih begitu berdebar dengan hanya melihatmu.
Kamu tidak akan menyangka seberapa sering aku ambil jalan memutar ketika kamu, tanpa aba-aba, melintas di sudut mata. Aku sungguh tak pernah membayangkan skenario macam apa saat aku benar-benar harus berjumpa denganmu. Bingung berkata apa saat bertemu, apakah hanya akan menanyakan kabar, menyoal tentang nasi telor sekarang harganya lima ribu, atau buku-buku yang masih kau pinjam. Ah, yang jelas aku toh tak akan berani berbincang tentang kemarin. Bagimu hiburan, bagiku siksaan.

Hingga aksara-aksara ini dibaca, aku tahu aku belum pulih benar tentang hal ini. Atau kalau kau pikir aku telah sembuh, maka aku hanyalah aktor yang dengan pahit berhasil melakoni peranku: kebohongan. 

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: