I always believe in Your arithmetic

0
02:32

Semakin banyak jumlah semester yang ditempuh, proses pendewasaan (seharusnya) juga semakin bertambah. Proses itu, yaa seperti hampir kebanyakan jenis proses, ada yang menyenangkan ketika dijalani, ada yang menyakitkan, susah sungguh berat rasanya. Dan berada diproses itu, bukannya melelahkan, aku hanya ingin bilang bahwa itu sedikit butuh…. Keikhlasan.  Hmpph..  sesak sekali berjumpa dengan kata itu. Selalu. Betapa ikhlas adalah perkara luar biasa sulit (setidaknya itu menurutku).

Tahun kedua kuliah ini memberikanku cukup banyak referensi tentang ikhlas. Referensi konkrit. Aku mempelajarinya dari cendekianya diskusi-diskusi di kelas, di celah-celah perbincangan saat rapat, cengkerama hangat ketika berkumpul dengan teman. Ah, tapi tidak bisakah makna ikhlas ini sedikit kureduksi… Agar aku bisa punya sedikit dari bagianmu wahai ikhlas. Karena belajar ikhlas agak pedih, dihadapkan pada kenyataan: seberapa banyak kamu belajar ikhlas, itu memang cukup mendewasakanmu, tapi tidak selalu menjamin bahwa kau akan bisa ikhlas… akan bisa melakukan hal yang sama.

Tidak, tidak ingin menghempaskan apapun. Aku hanya menyampaikan bahwa ─at least─ inilah hal yang akan kau hadapi ketika berniat melihat lebih dalam pada dimensi ini, ketika ingin membaca chapter yang berapa puluh tentang ‘buku’ keihlasan. Dan aku yang baru sampai pada chapter belasan sudah cukup dibuat mabok. Alih-alih melanjutkannya, aku berhenti dulu. Kureview chapter-chapter sebelumnya. Dan tebak, apa yang aku temukan? Aku baru saja skimming lalu menemukan kata ‘MENIKMATI’.

Menikmati.

Yeahh, M-E-N-I-K-M-A-T-I !

Menikmati atas semua nilai-nilai yang berbaris rapi di SIAKAD. Itu hasil usahaku. Itu hasil memperhatikan seoptimal-optimalnya uraian dosen. Itu (termasuk) hasil pede-pedenya bolos beberapa kali, cuma kerena ngurusin event kampus, nyari tanda tangan Kajur, atau maagnya kumat. Konyol. Itu hasil mengandalkan sepertiga malam terakhir untuk menyelesaikan tugas. Itu hasil kurang bercengkerama dengan Dia yang atas kehendak-Nya bahkan bisa mengeluarkan nilai berapapun sebenarnya.

Menikmati atas semua nilai-nilai yang berbaris rapi di SIAKAD. Acuh tak acuh dengan nilai teman bangku sebelah, 2 bangku sebelah, atau 3 bangku sebelah. Halah. Walaupun jelas, awalnya cemburu luar biasa saat ekspektasi A ternyata hanya keluar B+ di raport (baca: SIAKAD) dan ternyata temen yang nyontek dapet A. Senada yang diungkapkan Ranchodas Syamaldas Chanchad banget  kalo ketika kita dapat nilai bagus, lalu temen kita dapet nilai jelek maka kita akan sedih. Tapi kita akan jauuh lebih sedih kalo dia ada di peringkat satu. Ya, kalo ternyata nilainya jauuh lebih bagus dari kita. Hehe. Pergumulan batin sangat ketika sudah mencurahkan daya dan dana di salah satu mata kuliah umum, tapi hanya dihargai…. tak seberapa. Sedangkan yang terima jadi, melesaat, dapet A. Sakit hati juga saat nilai ternyata dipukul rata, rasa sinisku selalu berteriak: upaya generalisasi yang bagus, sir.

Menikmati atas semua nilai-nilai yang berbaris rapi di SIAKAD. Yang dipresuppose bakalan jeblok disini malah dikasih lebih. Dikira bakal nggak mungkin lolos kualifikasi sang dosen, eh atas izin-Nya bisa terbebas dari mata kuliah satu ini. Materi belibet, yang keluar di final exam adalah yang secara tidak sengaja dipelajari. Menikmati luar biasa saat mengobrak-abrik kembali jejak semester lalu. Hmm, sedikit menghasilkan sesuatuk…

Dan menurut hatiku (follow your heart, right?), menikmati adalah bagian dari ikhlas. Hehe. Pede! Walaupun  bagian kecil, tapi setidaknya ‘menikmati’ lebih mudah kulakukan daripada ikhlas as a whole. Yaa, setidaknya ‘menikmati’ bisa membelajarkanku untuk kesana. Bukan cuma suatu wujud pelarian dari kegagalan atau kesalahan.

Aku tak pernah benar-benar menghitung antara sakit atau senang. Seringkali  aku hanya menghitung pada beberapa yang…aku ingat. Aku tak bagus dalam hal ini, karena ketika yang diingat adalah saat buruknya, maka hal-hal baik yang terjadi bisa dikesampingkan begitu saja─tapi rasanya kita memang harus  benar-benar ikhlas, atau versiku…menikmati.  Ibarat kate FTV sih, sakit atau senang itu datengnya satu paket. Enggak dijual terpisah. Ini lebih mirip promo beli 1 gratis 1. Jadi, kalau abis dapet senangnya, jangan seneng-seneng dulu, pasti dapat sakitnya juga. Kalo dapet sakitnya, tenaang, bakal ada ‘senang’ menyapa, ia mungkin antibiotik atau antiseptik. Itung2an kayak gitu, aku percaya, pasti masih ada. God, I always believe in Your arithmetic. I do believe in Your arithmetic. 

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: