M E L O M P A T

0
18:54

Sudah kubilang dia itu susah disuruh berhenti. Aku pikir dia kebal teguran, beberapa kali kutegur, dia mengakui sambil senyam-senyum biasa saja. Makan apa anak ini. Kata lincah sepertinya terlalu sederhana. Bukan, bukan lincah, lebih lebay dari itu. Overactive? Ah, iya, mungkin iya. Semakin geleng-geleng saja saat anak ini luapkan gembiranya dengan cara yang tak wajar.

Ya, bisa dikonsiderasikan tak wajar lah baginya. Kurang pas. Dia melompat! Dengan satu tangannya dikepalkan di udara. Dia melompat! Beberapa kali seperti dia akan mengambil sesuatu di atas kepalanya, optimal sekali. Dia melompat! Dengan wajah penuh syukur dan optimis seratus persen. Aku hanya suka bagian yang ini saat ia melompat. Seperti merambatkan energinya padaku.

Tapi kegemarannya ini tetap aneh.  Belakangan, aku tahu bahwa tak hanya dapat kabar gembira, ia melompat. Ia lakukan hal yang sama ketika bercerita, ketika berfoto bersama temannya, ketika berteriak-teriak sampaikan informasi. Dan… katanya, melompat itu nikmat luar biasa. Menjejakkan kaki kuat-kuat, lalu membumbung sepersekian detik di udara. Melompat memberi kesempatan terbang sebelum beberapa milidetik selanjutnya kembali menapak tanah.

“Bayangkan, kau bisa terbang! Kau bisa tangkap oksigen beberapa sentimeter di atasmu!” | Hh, so what?! | “You can make it 100% when you feel 90% happiness” | Nonsense. | “Ooh, Ok, I find myself when I jump…” | Aku mengerlingnya ngeri. Makin ngarang aja ini anak. 

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: