Pantas Kecewa

0
10:42

Wahai gadis cantik, pantas bila kamu kecewa.
Kalau paras wajahmu yang cantik jelita bukan hanya berwujud keindahan tapi menimbulkan nafsu bagi yang lain. Sayang, aku tidak terlalu tau tentang hal ini, tapi aku hanya ingin menyampaikan kalo sebagian besar manusia menyukai keindahan. Tidakkah kau salah satunya? Aku, hanya takut kalau kau menjadi menderita dari keindahan itu sendiri. Menyebar kebaikan mungkin butuh senyum dan pesona, tapi akankah tidak lebih anggun apabila tabarrujmu itu di depan dia yang halal saja? Ekslusif.

Wahai gadis lembut, pantas bila kamu kecewa.
Kalau halus suaramu saja karena dibuat, untuk dianggap bijak atau minimal mendapat titel ‘keibuan’. Apalah itu anggapan orang, kau akan menderita bila harus berpura-pura. Setiap yang dibuat-buat tidak akan bertahan lama, sayang. Maka lembut adalah bagaimana berperilaku dengan tulus dan hati-hati, bukan justru ceroboh memanipulasi siapa kau sebenarnya. Ingat, wanita itu kuat lembut, bukan lemah lembut, tidak dengan klemar-klemer kau akan jadi bermakna bagi kehidupan.

Wahai gadis ramah nian, pantas bila kamu kecewa.
Kalau supelnya kamu kemana-mana justru hanya ingin dikenal, mendapat pengakuan. Selalu muncul bahkan pada saat yang bukan kesempatanmu. Ya, apa saja kebaikan yang ingin kau lakukan memang bisa saja disalahartikan, maka jangan lupa direm kalau sudah mepet kendaraan lain, atau biar kalau berbelok, kau tidak jatuh terpelanting. Semua orang punya karakter masing-masing, kau hanya akan penat bila kau terus-terusan ramah, dengan cara yang salah..

Wahai gadis cerdas, pantas bila kamu kecewa.
Kalau halaman demi halaman yang kau baca tidak kau tularkan ilmunya. Orang lain masih di halaman belasan dan kau biarkan. Bermanfaatlah, kata Ustad Salim A. Fillah, prestasi yang benar-benar prestasi itu adalah kebermanfaatan. Kau punya cukup, maka ketika kau tidak berbagi? Ah, kau seperti konglomerat, yang tinggal jatuhnya maka tidak akan dipedulikan. Naudzubillahimindzalik.. Oh iya sayang, pemikiran-pemikiran kritismu, janganlah hingga menafikan kebenaran. Aku percaya aqidahmu, ditempuh jauuh dari banyak semester yang lalu, dibanding jumlah semester atas pemikiran-pemikiranmu sekarang..

Wahai gadis gesit, pantas bila kamu kecewa.
Kalau caramu menempuh jarak meretas waktu bukan hanya untuk dapatkan ridho-Nya. Kamu lincah berpindah tempat, sebentar di sana lalu sudah di sini. Pagi tadi bersama ceramah dosen, siang kamu sudah panas-panasan bawa rontek. Gesit melakukan apapun, tapi terasa gersang kan? Kamu dapat apa diantara derap lari-larimu, sayang?

Wahai gadis kuat, pantas bila kamu kecewa.
Kalau airmata yang susah sungguh kau sembunyikan justru menyimpan dendam. Kalau rasa yang kau simpan dalam-dalam justru membuatmu enggan bergerak. Percuma kalau atas perisai ‘tegar’, kau menyimpannya sendirian dan membiarkan pemahamanmu—yang belum tentu baik—kau telan mentah-mentah. Merenda satu demi satu kejadian dan berusaha menyimpulkan sendiri, menganggapnya benar dan orang lain salah. Ah, ‘kuat’ terlalu tidak demikian.. Dan ya, kau mau dengar? Kuat itu seperti sabar kan? Orang bilang ada batasnya, tapi kalau kau sanggup menjadi kuat bahkan ketika kau rasa habis sudah, maka kau pemenangnya.

Wahai gadis shalihah, pantas bila kamu kecewa.
Apabila sujud ibadahmu hanya untuk dipamerkan pada dia, dia, dia tapi bukan Dia. Lelah sekali kau beramal tapi motifmu sudah tak jernih lagi. Tengoklah sebentar, sudahkah jalan lurus ini benar lurus adanya dan bukan sekedar jalan yang kau anggap lurus? Apakah segumpal hati ini masih punya kristal niat yang cemerlang seperti masih baru? Luruskan kembali, sementara kalau tidak bisa lurus sempurna, minimal jangan terlalu bengkok.

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: